“Itu-itu. Di atas gigit-gigit dikit lagi. Ayo!”
Foto: Putra R./DBD |
Panitia membagi peserta menjadi 10 kelompok menggunakan sistem kumpul-pilih. Setiap kelas mengirimkan perwakilan kelas mereka, kemudian panitia akan membaginya menjadi 10 kelompok yang terdiri dari 10 orang dari antar kelas. Penamaan kelompok menggunakan nama-nama pahlawan nasional, seperti Teuku Umar, Sisingamangaraja, Pangeran Diponegoro, Ir. Soekarno, Pangeran Antasari, Sultan Hasanuddin, Kapitan Pattimura, I Gusti Ngurah Rai, Jendral Soedirman, dan Pierre Tendean.
[post_ad]Hari pertama lomba perdana dilaksanakan di depan masjid, yaitu lomba Kepruk. Seluruh peserta tampak antusias mengikuti lomba ini. Peraturan lomba ini adalah pemukul akan diangkat oleh 2 teman sekelompoknya dan 1 orang dari kelompok itu akan menjadi pengarah. Pemukul dan pengangkat akan ditutup matanya dan pengarah akan memberikan instruksi agar kelompoknya dapat memecahkan plastik yang terisi air.
“Mecahin-nya susah, plastiknya nggak kelihatan, terus kebasahan lagi,” ungkap Ramdan, salah satu peserta dari kelas 1 yang bertindak sebagai pemukul.
Pada hari kedua dilaksanakan lomba Maruk. Pada lomba ini, setiap kelompok mengutus 2 orang, orang pertama ditugaskan untuk memakan kerupuk dengan menutup mata, sedangkan orang kedua bertugas mengarahkan orang pertama.
Foto: Putra R./DBD |
Pada hari ketiga, panitia memutuskan untuk tidak mengadakan lomba karena beberapa hal. Hal ini turut membuat pelaksanaan lomba Pentol diundur pada hari Kamis. Pada hari keempat, tidak ada aktivitas KBM di SMART. Kekosongan waktu ini digunakan untuk pelaksanaan lomba Pentol.
Pada lomba ini banyak terjadi keseruan, karena memasukkan pensil ke dalam botol seperti biasa saja itu sangat sulit, apalagi dengan menutup mata. Banyak peserta yang terlihat kelelahan—mungkin juga kesal, karena susah sekali memasukkan pensil ke dalam botol. Terlihat pensil hanya berputar-putar di atas botol yang membuat geram teman yang mengarahkan.
Foto: Ibn Al-Fida |
Pada esok harinya tetap tidak ada KBM di kelas. Lomba Semarak Proklamasi kembali dilaksanakan Hari ini adalah hari terakhir dan akan dilaksanakan lomba yang paling ditunggu-tunggu, yaitu Tarik Bang. Setiap kelompok mempersiapkan teman sekelompoknya untuk mengatur strategi dengan sebaik-baiknya. ”TIGA … DUA … SATU!” teriak sang wasit dan persaingan sengit pun dimulai antara dua kelompok yang bertanding. Begitu pula kelompok lain yang belum bertanding, semuanya tampak tegang dan deg-degan. Kebanyakan kemenangan kelompok tidak hanya karena faktor kekuatan, namun juga lokasi.
Sebuah tragedi terjadi. Salah seorang pembantu wasit, Jordi, mengalami patah tulang karena menginjak tali sebelum para kontestan menarik tali. Karena ia terlambat meloncat saat lomba dimulai, ia pun terpental dan tangannya pun patah. Panitia pun segera menghentikan lomba dan melarikan korban ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lanjut.
+DUA BELAS DETIK - AHMAD SENOAJI-
Comments
Post a Comment