OASEku, Memoriku

Ahmad Rofai, Presiden OASE 2012-2013
MASIH tergambar jelas dalam otak kecilku, pagi yang cerah ketika jantungku berdetak tak keruan. Panji Laksono memberikan jas biru kebesaran OASE, sebagai simbol pergantian atas dirinya untukku memimpin organisasi intra sekolah SMART Ekselensia Indonesia.

Jujur saja tepat pada saat aku memakai jas itu, dalam hatiku yang paling dalam berujar seolah heran  “Fai..., sadarkah akan apa yang kau terima?”, dan ketika kutolehkan mukaku akan pertanyaan itu, sontak keyakinan yang selama ini telah kupegang runtuh... Eh, bukan runtuh, tapi leleh perlahan.

Yakin... tidak... yakin... tidak... Argh! Tak peduli! Aku tak mau berjalan dalam tumpangan kapal yang tengah oleng lantaran bimbang. Ayo coba! Demikian tekadku, meskipun dalam hatiku tak bisa bermunafik.

Hari ini tepat ketika aku tengah menuliskan kata per kata di lembaran ini, dalam sebuah ruangan tempat ku belajar Bahasa Indonesia, di luar, berjejer terpampang kertas kampanye partai, telah siap dengan calon mereka untuk menggantikanku, menerima jas kebesaran dari tangan tak berdaya ini. Waktuku habis.

Setahun lamanya berjalan OASE dalam rangkulanku, gambaran dinamikanya akan kucoba untuk kubagi dalam lembaran ini. Pengurus OASE periode 2012/2013 telah terbentuk dan dilantik tepat pada bulan September 2012. Kerja OASE di tiga bulan pertama dapat dikatakan baik, karena program-program yang telah direncanakan pada rapat kerja awal berjalan cukup banyak, seperti mading Muqoddas, dauroh, Asrama Cup, tukar kado (program angkatan 9), dan lainya.

Tepat setelah Pulang Kampung 2013, Februari sampai Maret, OASE seperti kehilangan taringnya. Program tak ada satu pun berjalan. Ketika kucoba untuk melekat, berpikir sejenak melihat sekitar heran, ada apa gerangan? Ternyata satu masalah besar, banyak pengurus yang kehilangan motivasi untuk bekerja, “OASE bikin capek!” celetuk salah satu siswa yang mungkin tak menyadari keberadaanku, tepat berada di belakangnya. 

Dari situ aku mulai berpikir untuk mancari bagaimana solusi atas masalah ini, teringat kata Soekarno, “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia”. Ya, tafsiranku untuk kata ini adalah OASE tak butuh banyak pengurus. Jika semua malas dan tak terkendali apalah gunanya, sedikit pun cukup jika memang bisa diajak untuk maju, kenapa tidak?

Di bulan Maret 2013, di Aula, OASE melakukan rapat yang kedua yang salah satu hasilnya adalah mencabut hak kepengurusan OASE sebanyak 20 pengurus yang kurang memiliki dedikasi di OASE. Setelahnya kami kembali merancang OASE dengan sedikit perubahan pula pada program-program setiap departemen.

Setelah terjadi berbagai evaluasi serta perombakan kepengurusan OASE di rapat kedua, program-program alhamdulilah mulai kembali terlaksana. English Competition Fair 2013 yang berhasil dilaksanakan dengan mengundang sekolah SMP-SMA se-Jabodetabek dan Sukabumi. Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) 2013, dan program lainnya telah berjalan dengan baik.

“Kalau pertama kali organisasi itu muncul keadaannya baik, banyak program berjalan. Ketika sudah di tengah-tengah turun, program tak berjalan dengan baik. Dan ketika  sudah mendekati akhir-akhir akan baik lagi, itu wajar,”  ujar Ustazah Eka ketika memberi sambutan pada sidang pertanggungjawaban OASE periode 2012/2013. 

Paragraf diatas mungkin jadi penutup atas tulisan kecilku ini. Entah itu benar atau tidak tapi satu hal yang pasti dan kuyakini sekarang adalah, OASE mendatang akan jauh lebih baik lagi, dengan kehadiran sosok pemimpin yang lebih berdedikasi, lebih bisa diandalkan, dan lebih berjaya.

Bogor, 12 September 2013

 -AHMAD ROFAI, Presiden OASE 2012-2013-

Comments