"Festival Multikultural 2014"

Kesibukan kelompok Bajigur Pisang Ijo di Lab. Biologi ...
LUAPAN kebahagiaan tidak dapat terlepas dari raut muka Firman, siswa kelas XI-IPS SMART Ekselensia. Bagaimana tidak? Kelompoknya yang terdiri dari Syawal, dan Agung mendapatkan surplus dari dagangan jajanan kuliner hasil akulturasi yang dijualnya. Kelompok yang berjualan produk berupa Bajigur Pisang Ijo ini meraup laba sebesar Rp. 70.000,00 dari hasil berjualan selama 2 hari di Aula SMART Ekselensia, yakni pada Kamis-Jumat, 22-23 Mei 2014.

Sebelumnya, siswa kelas XI-IPS mendapatkan proyek berupa berjualan produk hasil akulturasi kuliner versi mereka. Semula proyek ini merupakan proyek kelas Sosiologi. Namun dikarenakan kelas Bahasa Indonesia dan Akuntansi memiliki ide yang sama, akhirnya digabunglah proyek dari ketiga kelas tersebut hingga menjadi proyek besar 3 pelajaran, terhitung sejak 2 Mei 2014.
Pembeli membludak, kesibukan bertambah ...
Sebelum menghadapi Festival Multikultural, siswa kelas XI-IPS diharuskan untuk memenuhi kriteria penilaian dari ketiga mata pelajaran. Dalam kelas Akuntansi, para siswa diwajibkan untuk mencari jenis makanan yang akan dibuat, membuat perincian penggunaan dana, serta pengajuan surat niaga kepada investor berupa SPKK (Surat Perjanjian Kesepakatan Kerjasama) dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Sedangkan dalam pelajaran Sosiologi, siswa kelas XI-IPS harus berpikir sekreatif mungkin untuk menciptakan akulturasi kuliner yang syaratnya : salah satu kuliner harus khas Nusantara. Ada banyak sekali ide yang dimiliki oleh para siswa. Namun, justru ide-ide inilah yang membuat mereka bingung : makanan jenis apakah yang akan dipilih.

Lalu para siswa pun memilih mencari ide-ide resep masakan di labkom, sekaligus membuat presentasi otomatis yang diperagakan di hari H.

Hari Senin (5/5), adalah waktunya bagi siswa kelas XI-IPS untuk menyerbu para calon investor yang telah ditentukan oleh Bunda Yati. Para investor ini ditawari persentase pembagian laba yang besar oleh masing-masing kelompok dalam SPKK.

Uji coba resep dilakukan di laboratorium IPA bawah, 2 minggu sebelum acara atau tepatnya pada 8-9 Mei 2014. Diantara 6 kelompok yang melakukan uji coba, hanya 2 kelompok yang gagal : bakpao dan sagu. Maka, Ustadzah Dini selaku guru mapel Sosiologi meminta kedua kelompok tersebut untuk mengubah sajian mereka.

Pallubutung Cappucino
Waktu demi waktu berlalu. Kelas XI-IPS makin dihadapkan dengan acara yang semakin dekat. Pada Senin (12/5), para siswa mulai mendesain flyer dan penjelasan yang akan dipasang pada masing-masing stand. Ada yang membuat flyer biasa, hingga ada yang membuat label tag berbentuk timbangan yang bisa didapatkan oleh 5 pembeli pertama di suatu stand. Flyer yang dibuat harus mencantumkan informasi yang jelas mengenai kuliner yang dibuat.

Sehari sebelum hari H, para siswa mulai berbelanja pada Rabu sore. Malamnya, mereka memasak bahan-bahan yang bisa mereka masak terlebih dahulu. Proses memasak pun tidak bisa langsung selesai, karena keterbatasan alat yang membuat para siswa harus saling bergantian. Proses memasak di Lab. IPA bawah harus ditinggalkan ketika siswa harus menyiapkan stand  mereka di Aula.
Empek-empek Asinan
Hari pertama pelaksanaan festival, terlihat bahwa dagangan para siswa cukup laris. Dagangan laku dengan cepat karena rasa penasaran para calon pembeli. Bahkan, ada kelompok yang harus kembali memasak ke Lab. IPA karena masih ada permintaan dari pembeli. Para pengunjung didominasi oleh para karyawan.

Beres-beres hari pertama dilaksanakan setelah zuhur. Malamnya, siswa XI-IPS mengolah bahan makanan yang bisa mereka olah di Lab. IPA. Dengan didampingi oleh Ustadzah Uci, Ustadzah Vivi, dan Ustadzah Retno, mereka memasak hingga larut malam. Alhasil, di pagi harinya para siswa sukses membuat Lab. IPA berantakan.
Rujak Pisang Epe
Pelaksanaan acara di hari kedua lebih tepat waktu. Pasalnya persiapan telah dilaksanakan sejak malam sebelumnya. Ternyata oh ternyata, beberapa ustadzah ada yang membagikan kupon jajan gratis sebesar Rp. 5,000 kepada beberapa siswa yang memiliki nilai terbaik. Alhasil, mereka berbondong-bondong membawa teman-teman yang membuat suasana semakin semarak. Inilah faktor utama mengapa dagangan di festival kedua lebih cepat habis.

+DUABELASDETIK - JOHAN FJR-

Comments