Ibn Al-Fida: Tetap Tampil OK Walaupun Lupa

Ibnu Al-Fida
KEMAMPUANKU dalam bernyanyi tak begitu mumpuni. Suaraku tak seindah Ariel Noah dan kemampuan musikku tak sehebat Agust Rush. Tetapi aku punya kenberanian, aku punya optimisme dan aku punya kekuatan yang tak dapat kukendalikan, yaitu kekuatan Sang Pencipta. Aku juga merasa bangga bisa menjadi perwakilan SMART EI. Hari itu kupertaruhkan keberanianku. 

Selasa (6/5), setelah khusyuk kuberdoa dalam dekapan kesejukan solat subuh. Aku bersama  kedua temanku, Aldi dan Insan kembai ke asrama untuk bersiap-siap. Setelah selesai mandi dan setelah semua siap, kami berangkat menuju  SMPN 3 Cibinong tempat pagelaran lomba Pupuh (menyanyi lagu daerah Sunda) dilaksanakan.

Di perjalanan, kusempatkan tidur sejenak untuk menenangkan pikiran yang membebaniku. Tak begitu lama, aku terbangun dan kumencoba untuk latihan, aku mengulang-ulang lagu yang akan kunyanyikan nanti ketika lomba. Aku merasa belum siap sebenarnya. Aku hanya latihan selama dua hari saja dan tidak begitu hafal lirik lagu tersebut. Tetapi aku harus tetap berani.

Dag, dig, dug. Detak jantungku berdeguk kencang. Setelah aku turun dari mobil, kulihat peserta yang lain sudah ramai. Mereka nampaknya sudah begitu siap. Terdengar sayup-sayup nada dari seorang pelatih yang sedang latihan bersama anak didiknya. Aku tertunduk lesu, bayangkan saja peserta yang lain, mereka membawa pelatih, sedangkan aku? Kukatakan dalam jiwa, aku harus berani.

Setelah mengikuti acara pembukaan, kami diarahkan menuju tempat perlombaan yang dibagi menjadi dua kelas. Aku menuju ke sebuah kelas yang diatur sedemikian rupa dan menjadi ruang pertama. Aku mendapatkan nomor urut 18 dari 24 peserta yang ada di ruanganku. Prok, prok, prok. Riuh penonton mendecak kagum dengan penampilan nomor urut pertama. Begitu pun dengan penampilan nomor urut kedua.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sampailah di penampilan nomor urut 16. Suaranya terdengar syahdu, akan tetapi terjadi kesalahan teknis.

Mikrofon yang sudah disiapkan ternyata harus dicas ulang karena kehabisan daya. Akhirnya perlombaan dihentikan selama beberapa jam.

Setelah baterai mikrofon terisi penuh, perlombaan dilanjutkan. Aku semakin deg-degan, hingga tibalah saatnya giliranku. Aku harus berani. Aku maju. Aku bernyanyi. Kutunjukkan kemampuanku. Tak disangka, tak terduga, dalam lantunan syahduku, aku lupa beberapa potongan lirik lagu itu. Penonton terdiam, semua pandangan penonton tertuju padaku, kakiku gemetar, aku berkeringat dingin, dan aku kebingungan.

Untunglah salah satu juri ada yang berbaik hati, ia memberitahukanku lirik yang kulupa. Kulanjutkan lantunan lirik laguku. Setelah selesai giliranku, entah mengapa terdengar riuh suara penonton. Aku merasa malu,  tapi aku punya keberanian. 

Sebuah anugrah yang tak disangka. Pada saat pengumuman pemenang lomba, namaku disebutkan. Alhamdulillah, aku mendapatkan peringkat harapan kedua. Aku tetap bersyukur walau aku belum menang. Karena pada hari itu, aku belajar arti sebuah keberanian.

+DUABELASDETIK - ABDUS SOMAD/IBN AL-FIDA-

Comments