Siap Berjuang di Negeri Kincir Angin


Terlahir di provinsi yang luasnya tak lebih dari 90 ribu kilometer persegi -Riau- tak menyurutkan langkahnya menapaki kaki di tanah yang tak semua orang bisa berada di sana. Sebuah negara di benua Eropa menjadi tujuan perjuangan selanjutnya bagi pemuda kelahiran 13 Januari ini.
Lahir dengan nama lengkap Mustarakh Gelfi, alumni SMART Ekselensi Indonesia angkatan 2 ini siap melanglang buana ke Negeri Kincir Angin, Belanda. Setelah mendapatkan gelar sarjana dan diwisuda bulan Juli 2014 dari Institut Teknologi Bandung, Kak Gelfi, panggilan akrabnya, sempat bekerja sebagai konsultan teknik sebelum dirinya berhasil lulus seleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan RI, bulan Maret 2015 ini. Mulai bulan Agustus nanti, ia akan melangkahkan kaki keluar dari bumi Nusantara. Sambil menunggu datangnya bulan kedelapan itu, saat ini selain bekerja, Kak Gelfi juga tengah sibuk kursus bahasa Belanda sebagai bekal baginya bermukim di negara Eropa Barat dengan dua belas provinsi itu.

Rencananya, pemuda yang hobi bermain bola ini akan melanjutkan pendidikan magister (Master Programme) di Faculty of Civil Engineering and Geosciences, jurusan Hydraulic Engineering, Delft University of Technology, Belanda. Negara yang berbatasan dengan Jerman itu dipilihnya karena dianggap sebagai negara yang terstruktur. Sesuai dengan jurusannya semasa kuliah, Teknik Kelautan, ia berharap bisa menjadikan dirinya ingin belajar dari negara yang bisa mengatur lautnya dengan baik.
"Belanda itu punya ancaman dari laut. Tapi mereka bisa mengontrol itu, bahkan membuat rekayasa teknologi untuk mengatasi masalah itu. Banyak insinyur hebat yang lahir dari sana," tuturnya.
Belanda bukan satu-satunya negara yang ingin ia jadikan sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan. Sebelum lulus beasiswa LPDP, Kak Gelfi juga sempat kepikiran untuk pergi ke Inggris.

Anak sulung dari empat bersaudara ini mengambil jurusan teknik karena dari dulu ia memang suka pelajaran fisika dan matematika, bahkan pernah memenangkan ajang perlombaan bidang fisika. Pelajaran tentang gerak paling disukainya, seperti fisika dinamika dan mekanika meski dirinya tak tahu mengapa bisa menyukainya. Berbeda dengan pandangan banyak orang bahwa mahasiswa jurusan teknik kelautan akan banyak pergi menyusuri laut, nyatanya Kak Gelfi sendiri mengaku tak terlalu sering pergi ke laut. Pasalnya yang ia lakukan adalah merancang bangunan-bangunan yang aman jika berada di dekat laut, seperti gedung-gedung pelabuhan.

Meski terbilang cukup sukses menjalani masa kuliah, awalnya Kak Gelfi kaget juga dengan keadaan kota Bandung yang dinilainya jauh berbeda dengan keadaan di sekitar SMART EI, yang dijalaninya selama lima tahun sebagai anak asrama. Satu bulan pertama di kampus ia berusaha untuk membentuk keberanian dalam hubungan sosial. Namun ternyata ia tak perlu waktu banyak untuk bisa beradaptasi dengan baik. Buktinya ia aktif dalam berbagai kegiatan kampus seperti Rohis yang di kampusnya disebut "Gamais" juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Menurutnya saat berada di kampus, siswa SMART dituntut untuk bisa menjadi mahasiswa ideal yang berprestasi dan aktif selain itu juga harus bertanggung jawab.

Sebuah ungkapan dari Imam Syafii dipakainya untuk menyemangati dirinya dan para pelajar dalam menuntut ilmu. "Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan."

Dan salah satu pesan Kak Gelfi bagi adik-adik siswa SMART adalah, "Terimakasih banyak atas doa restu semuanya. Saya yang ada hari ini merupakan akumulasi masa lalu yang hebat, salah satunya di SMART, sekolah yang selalu saya cintai. See you on top, all guys!"

Selamat berjuang, Kak Gelfi!

+DUA BELAS DETIK - Editor: RIZKY D. SATRIO

Comments